(022) 7206214
Perluas Ekonomi Sirkular, Kemenperin Angkat Potensi IKM Tekstil Serat Nanas

Perluas Ekonomi Sirkular, Kemenperin Angkat Potensi IKM Tekstil Serat Nanas

  • Kategori: Berita
  • Tanggal 25-11-2022

Konsep ekonomi sirkular menjadi salah satu solusi bagi pelaku industri untuk dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya energi dan dampak lingkungannya. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar mendorong industri untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular, tidak hanya bagi industri skala besar, tetapi juga perlu diaplikasikan oleh industri kecil dan menengah (IKM).

“Pelaku IKM dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar dan dapat bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan oleh pelaku industri besar maupun produk yang berasal dari luar negeri. Hal inilah yang mendorong kami untuk berkomitmen terus mengembangkan potensi IKM yang ada di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita dalam kunjungan kerjanya di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, Senin (7/11) lalu.

Menurut Reni, salah satu potensi yang dapat digarap oleh pelaku IKM adalah dengan menggali bahan baku lokal yang menjadi kekayaan kearifan daerah tersebut. Misalnya, membuat kain tradisional sebagai identitas dan ciri khas produk pakaian jadi dalam negeri.

“Sebagai contoh, dengan memanfaatkan serat daun nanas sebagai salah satu serat tumbuhan yang dapat diolah menjadi kain tenun atau kerajinan lainnya. Di Indonesia, tanaman nanas banyak dibudidayakan di beberapa daerah di Jawa dan Sumatera, salah satunya di Kota Prabumulih,” ungkapnya.

Pemanfaatan serat nanas oleh kelompok IKM di Kota Prabumulih harus terus dimaksimalkan sesuai dengan prinsip efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya alternatif yang berkelanjutan. “Ini sesuai dengan konsep ekonomi sirkular atau industri hijau yang digulirkan oleh Kemenperin dan adaptasi di tengah green lifestyle,” ujar Reni.

Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKMA rutin menggelar program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru (WUB) di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Prabumulih yang terkenal dengan potensi serat alam dari nanas. “Serat alam sangat erat kaitannya dengan sektor industri tekstil dan pakaian jadi, yang perannya sangat besar bagi perekonomian nasional,” tutur Reni.

Kemenperin mencatat, laju pertumbuhan sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan III tahun 2022 mencapai angka 8,09 persen. Sementara itu, kinerja ekspor sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada periode Januari-Juni 2022 sebesar USD7,4 Miliar, meningkat 26,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu di angka USD5,85 miliar.

Reni mengungkapkan, penggunaan serat daun nanas untuk diolah menjadi bahan baku tekstil merupakan salah satu contoh implementasi sustainable fashion dari segi pemanfaatan bahan baku alternatif untuk meningkatkan daya saing industri tekstil dan pakaian jadi pada masa mendatang. “Fesyen berkelanjutan ini dapat pula diaplikasikan dengan penggunaan fiber rayon yang ramah lingkungan, pengolahan dari limbah plastik, serta pengolahan bahan baku dari sisa tekstil (benang atau kain),” imbuhnya.

Menurut Reni, Ditjen IKMA terus berkolaborasi dengan berbagai pihak demi mengembangkan potensi IKM serat nanas di sektor industri tekstil nasional agar para pelaku IKM yang berusia muda semakin kreatif dan inovatif. “Pelaku IKM yang sistem produksi dan promosinya masih tradisional harus dikolaborasikan dengan industri lain dan desainer muda,” lanjut Reni.

 

Fasilitasi Mesin Peralatan

Dalam kunjungannya di Kota Prabumulih, Dirjen IKMA bertemu dengan dua kelompok IKM penghasil serat alam nanas dan menyerahkan fasilitas mesin dekortikor (pemecah serat alam) kepada kelompok IKM tersebut. Kelompok serat nanas Riyadi yang terdiri atas empat anggota akan menerima satu unit dekotikator, dan kelompok serat nanas Sejahtera yang terdiri atas enam anggota akan menerima dua unit mesin.

Kemenperin sebagai fasilitator nantinya akan sangat membutuhkan bantuan Pemerintah Daerah untuk membina dan mengawasi perkembangan WUB IKM yang telah difasilitasi melalui pelatihan bimbingan teknis maupun fasilitasi mesin peralatan ini,” kata Reni.

 

Pelaksanaan Program Santripreneur di Kota Prabumulih

Dalam kesempatan yang sama, Ditjen IKMA Kemenperin juga bersinergi dengan Pemerintah Kota Prambumulih untuk melaksanakan Program Santriprineur. Program tersebut diwujudkan sebagai bimbingan teknis (bimtek)WUB IKM pakaian jadi di padatanggal 7 hingga 10 November 2022. Bimtek ini diikuti oleh 25 orang peserta yang berasal dari Pondok Pesantren Modern Al-Furqo, Pondok Pesantren Modern Darussalam,Pondok Pesantren Nahdatul Ulama dan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadin.

Empat kelompok pesantren tersebut dan satu kelompok mini garmen juga mendapatkan fasilitas mesin peralatan berupa total 42 mesin jahit dan 12 mesin obras. Penyerahan bantuan mesin peralatan dan bimtek dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Furqon Kelurahan Tanjung Rambang, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Kota Prabumulih.

Tak hanya itu, peserta bimbingan teknis akan mendapatkan materi berupa kewirausahaan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Nomor Induk Berusaha (NIB) serta materi dan praktik pengembangan produk IKM pakaian jadi.  “Pemerintah harus dapat merangkul seluruh stakeholder seperti asosiasi, pelaku usaha, desainer, akademisi, influencer, marketplace hingga konsumen untuk dapat mewujudkan industri pakaian jadi dalam negeri yang berdaya saing,” ucap Reni.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perindustrian RI

Komentar